Saturday, May 10, 2008

Guru Idealis VS Guru Komersial

Tahun ajaran baru segera tiba. Segudang kebutuhan mulai bergelayut di awang-awang. Seragam baru, buku baru, semua serba baru. Berrkaitan dengan itu pula di sekolah kami beberapa hari ini banyak tamu keluar masuk ruang kepala sekolah. Mereka adalah duta dari penerbit buku pelajaran. Misi mereka adalah menawarkan buku dari bos mereka agar dipakai oleh 800 siswa di sekolah ini.

Kata-kata pemikat keluar dengan seribu janji. Donatur tetap tiap kegiatan sekolah, uang saku piknik guru, kaos, jaket, ngopi bareng dan seabreg janji lainnya. Bagi kami sebagai guru yang memiliki gaji pas-pasan, tawaran tersebut sangat memikat hati dan melambungkan angan kami. Semua itu pastilah ada udang di balik tahu gimbal. Ada maksud tersembunyi dari itu semua. Mereka akan memberikan apa yang telah mereka janjikan jika buku mereka dipakai oleh siswa. minimal 10 kelas dengan berbagai bidang pelajaran.

"Iya, kita terima saja. Tokh, buku pelajaran sama saja khan isinya. Kita tinggal mengembangkannya. Lagi pula kita juga butuh itu semua. Apalagi atasan kian hari kian menekan pendapatan tambahan kita" kata beberapa guru komersial

"Sorry, kami tidak akan menggadaikan pendidikan ini untuk hal yang sepele. Kita perlu menelaah kelaikan buku mereka. Masa depan anak didik kita ada di tangan kita. Jangan sembarangan kita bertindak. Kita memang butuh, tapi yakinlah masih banyak jalan menambah rezeki" kata rekan guru yang idealis.

"Kalau saya tidak, menurut kami kita telaah dulu buku tersebut. Kita buat perjanjian dengan mereka. Jika buku mereka kami pakai setelah proses telaah, mau tidak mereka berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sekolah. Jadi urutan kerjanya kita telaah dulu. Setelah kita dapat hasilnya, kita ingatkan mereka akan janji yang telah disepakati. Kita nggak munafik kalau kita butuh fasilitas tambahan, tapi anak didik juga harus kita perhatikan."Kata guru kritis menengahi.

Bagaimana menurut anda?