Siapa yang tak tergiur membaca atau mendengar iming-iming gratis. Sesuatu yang datang tanpa kita meminta dan mengeluarkan modal apapun jua. Setiap orang tak bisa memungkiri hal tersebut apalagi di zaman yang kian sulit ini. Mereka yang menawarkan gratisan bak mendung yang datang memberikan harapan datangnya air hujan bagi ladang-ladang yang tandus. Pun dengan hembusan surga berupa sekolah gratis. Kesempatan memperoleh pendidikan secara cuma-cuma adalah harapan semua terutama rakyat kecil. Namun kenyataan berbicara lain. Iming-iming tersebut hanya keluar pada saat-saat tertentu. Saat-saat yang menentukan maju dan tidaknya seseorang kepada jenjang kekuasaan.
Perlu beberapa kajian yang matang atas gagasan sekolah gratis ini. Beberapa kasus membuktikan bahwa segala hal yang berbau gratisan biasanya tidak berbuah maksimal. Jika dalam hukum perdagangan dikatakan ono rego ono rupo. Barang yang diberikan secara gratisan tidak akan mempunyai mutu dan kualitas yang sama sebagaimana barang yang dibeli dengan membayar.
Bukan berarti hal tersebut membuat kita surut untuk mewujudkan sekolah gratis, namun perlu kiranya kita berpikir secara logis dan berdasarkan kenyataan bukan hanya sebagai mimpi ataupun iming-iming belaka. Semuanya perlu langkah yang jelas dan konkrit. Jika demikian kita tak perlu merasa takut ataupun terjebak pada janji-janji atas nama gratisan. Banyak celah untuk mewujudkan sekolah gratis. Minimal sekolah murah sehingga orangtua tidak terlalu berat menanggung beban biaya pendidikan anaknya. Sebagai contoh dana BOS telah bergulir. Barangkali pemberian beasiswa kepada siswa yang berprestasi juga merupakan langkah tepat mewujudkan sekolah gratis. Siswa akan bersemangat untuk berlomba meraih beasiswa tersebut.
Betul Pak Guru. Sekolah gratis itu keliatan banget boongnya. Jaman sekarang siapa sih yang nggak butuh duit.
Comment Form under post in blogger/blogspot