Saturday, May 10, 2008

TAK ADA SEKOLAH GRATIS


Siapa yang tak tergiur membaca atau mendengar iming-iming gratis. Sesuatu yang datang tanpa kita meminta dan mengeluarkan modal apapun jua. Setiap orang tak bisa memungkiri hal tersebut apalagi di zaman yang kian sulit ini. Mereka yang menawarkan gratisan bak mendung yang datang memberikan harapan datangnya air hujan bagi ladang-ladang yang tandus. Pun dengan hembusan surga berupa sekolah gratis. Kesempatan memperoleh pendidikan secara cuma-cuma adalah harapan semua terutama rakyat kecil. Namun kenyataan berbicara lain. Iming-iming tersebut hanya keluar pada saat-saat tertentu. Saat-saat yang menentukan maju dan tidaknya seseorang kepada jenjang kekuasaan.

Perlu beberapa kajian yang matang atas gagasan sekolah gratis ini. Beberapa kasus membuktikan bahwa segala hal yang berbau gratisan biasanya tidak berbuah maksimal. Jika dalam hukum perdagangan dikatakan ono rego ono rupo. Barang yang diberikan secara gratisan tidak akan mempunyai mutu dan kualitas yang sama sebagaimana barang yang dibeli dengan membayar.

Bagaimana dengan siswa yang sekolah gratisan? Diprediksikan mereka akan menyepelekan hal tersebut. Kesungguhan mereka bersekolah tidak sebanding dengan sekolah yang berbayar. Tokh orangtua mereka tidak akan rugi jika mereka lantas berhenti di tengah jalan karena semuanya gratis.

Guru sebagai orang yang berada di garis depan sama dengan kita semua. Mereka juga manusia yang bekerja guna memenuhi kebutuhan keluarga. Jika mereka bekerja mengajar di sekolah gratis, bagaimana sekolah tersebut mendapatkan uang untuk memberi gaji guru? Lain cerita jika mereka telah dibayar oleh pemerintah. Mau serius ataupun tidak para muridnya belajar yang penting gaji mereka utuh tak terkurangi dari pemerintah. Hal inilah yang mematikan semangat para guru dalam mendidik siswa terutama jika memang ada sekolah gratisan.

Bagaimana dengan sarana dan prasarana sekolah. Alat tulis, buku dan lain sebagainya. Darimanakah biaya tersebut didapat untukmemenuhi kebutuhan sekolah jika semuanya gratisan? Syukur kalau ada donator tetap yang menyokong dana sekolah tersebut, kalau tidak?

Bukan berarti hal tersebut membuat kita surut untuk mewujudkan sekolah gratis, namun perlu kiranya kita berpikir secara logis dan berdasarkan kenyataan bukan hanya sebagai mimpi ataupun iming-iming belaka. Semuanya perlu langkah yang jelas dan konkrit. Jika demikian kita tak perlu merasa takut ataupun terjebak pada janji-janji atas nama gratisan. Banyak celah untuk mewujudkan sekolah gratis. Minimal sekolah murah sehingga orangtua tidak terlalu berat menanggung beban biaya pendidikan anaknya. Sebagai contoh dana BOS telah bergulir. Barangkali pemberian beasiswa kepada siswa yang berprestasi juga merupakan langkah tepat mewujudkan sekolah gratis. Siswa akan bersemangat untuk berlomba meraih beasiswa tersebut.

Anonymous said...

Betul Pak Guru. Sekolah gratis itu keliatan banget boongnya. Jaman sekarang siapa sih yang nggak butuh duit.